Apakah Anda pernah mendengar istilah “triase” dalam dunia medis? Istilah ini berkaitan erat dengan Instalasi Gawat Darurat (IGD). Secara singkat, triase merupakan sebuah sistem di IGD untuk menentukan prioritas penanganan pasien.
Untuk lebih memahami apa itu triase, kami akan mengajak Anda memahaminya lebih detail pada artikel ini. Simak lengkapnya di bawah ini.
Pengertian Triase
Dilansir dari Emergency Department Triage, istilah Triase berasal dari bahasa Perancis yaitu “trier”, yang digunakan untuk menggambarkan sebuah proses penyortiran dan penataan. Dalam dunia medis, triase sendiri digunakan untuk mengkategorikan pasien berdasar tingkat keparahan cedera mereka. Selain itu berguna untuk menentukan urutan pasien yang memerlukan perawatan dan pemantauan.
Sistem triase pertama kali diterapkan di rumah sakit pada tahun 1964 saat Weinerman dkk. menerbitkan interpretasi sistematis tentang departemen gawat darurat sipil menggunakan triase. Weinerman dkk. adalah sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Dr. Ernest Weinerman, seorang dokter dan akademisi Amerika. Pada tahun 1964, mereka menerbitkan sebuah makalah berjudul “Sistem Triase untuk Departemen Gawat Darurat Sipil” di jurnal Annals of Internal Medicine. Makalah ini merupakan interpretasi sistematis pertama tentang penggunaan triase dalam departemen gawat darurat sipil.
Triase juga dapat didefinisikan sebagai kondisi memilah pasien agar mendapatkan pertolongan sesuai dengan tingkat kegawatdaruratannya. Tindakan ini dipilah berdasarkan prioritas ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Environment), dengan penjelasan berikut:
A – Airway (Jalan Nafas)
Prioritas pertama adalah memastikan jalan nafas pasien terbuka dan bebas hambatan. Hal ini dilakukan dengan memeriksa apakah pasien sadar, bernapas, dan memiliki denyut nadi. Jika pasien tidak bernapas, perlu dilakukan resusitasi kardiopulmoner (RJP).
B – Breathing (Pernapasan)
Setelah jalan nafas dipastikan terbuka, langkah selanjutnya adalah menilai pernapasan pasien. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan frekuensi, kedalaman, dan usaha pernapasan pasien. Jika pernapasan pasien tidak normal, perlu dilakukan tindakan suportif seperti pemberian oksigen tambahan.
C – Circulation (Sirkulasi)
Langkah selanjutnya adalah menilai sirkulasi pasien, dengan memeriksa denyut nadi dan tekanan darah. Jika denyut nadi pasien tidak teraba atau tekanan darahnya sangat rendah, perlu dilakukan tindakan resusitasi cairan dan obat-obatan.
D – Disability (Kesadaran)
Penilaian selanjutnya adalah tingkat kesadaran pasien. Gunakan skala Glasgow Coma Scale (GCS) untuk menilai tingkat kesadaran pasien. Pasien dengan skor GCS yang rendah membutuhkan perhatian dan perawatan segera.
E – Exposure (Lingkungan)
Terakhir, periksa lingkungan sekitar pasien untuk mencari potensi bahaya yang dapat memperburuk kondisinya. Pindahkan pasien dari lingkungan yang berbahaya jika memungkinkan.
Tujuan dilakukan triase di instalasi gawat darurat adalah untuk mengetahui urutan penanganan berdasar tingkat kegawatdaruratan pasien yang datang. Misalnya pasien dengan kondisi cedera ringan, cedera berat yang dapat mengancam nyawa, atau yang sudah meninggal.
Kategori Triase Gawat Darurat
Dari pembahasan di atas, Anda sudah mengetahui apa itu triase. Triase sendiri terbagi menjadi 4 kategori warna sesuai dengan kegawatdaruratan pasien. Berikut adalah kategori warna triase menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Kegawatdaruratan:
- Kategori Merah
Kategori yang paling tinggi adalah kategori merah, merupakan prioritas pertama. Pasien yang masuk ke dalam kategori ini merupakan pasien dengan cedera berat yang mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup apabila diberi pertolongan segera. Contoh pasien dalam kategori ini yang mengalami fraktur terbuka, trauma kepala, luka bakar sedang hingga berat, serangan asma akut, serangan jantung, hingga syok anafilaktik. - Kategori Kuning
Kategori selanjutnya adalah warna kuning, merupakan prioritas kedua. Pasien yang masuk ke dalam kategori ini adalah pasien yang memerlukan tindakan definitif, tanpa ancaman jiwa segera. Contoh pasien dalam kategori kuning misalnya pasien dengan luka robek yang dangkal. - Kategori Hijau
Kategori triase yang selanjutnya adalah kategori hijau, merupakan prioritas ketiga. Pasien dalam kategori ini memiliki cedera yang minimal, dan dapat berjalan dan mencari pertolongan atau menolong diri sendiri. Contoh pasien yang termasuk dalam kategori ini yaitu penderita abses, gastritis, common cold, atau luka lecet. - Kategori Hitam
Kategori yang terakhir adalah kategori hitam, merupakan pasien meninggal atau pasien yang mengalami cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin dapat diresusitasi.
Prosedur Triase Pasien di Instalasi Gawat Darurat
Saat pasien tiba di IGD, maka prosedur triase akan dimulai. Pertama-tama dokter akan melakukan pemeriksaan cepat dan singkat untuk menentukan kategori pasien sesuai kondisinya.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan secara umum, tanda-tanda vital (tekanan darah, pernapasan, dan denyut nadi), kebutuhan medis, serta kemungkinan bertahan hidup. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan, dokter menentukan kategori triase sesuai dengan kondisinya.
Apabila berada di kategori merah, maka bisa dilakukan tindakan medis di ruang resusitasi. Apabila pasien membutuhkan tindakan medis lebih lanjut, maka akan dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
Apabila pasien berada di kategori kuning, maka bisa dipindahkan ke ruang tindakan. Sedangkan pasien dengan kategori warna hijau bisa dipindahkan ke ruang rawat jalan, atau jika kondisi sudah membaik pasien diperbolehkan untuk pulang.
Untuk pasien yang sudah meninggal, yang masuk ke kategori hitam maka akan dipindahkan ke ruang jenazah. Prosedur Triase ini akan dinilai ulang secara berkala, ini dilakukan karena kondisi pasien bisa berubah sewaktu-waktu.
Sekarang Anda sudah mengerti apa itu triase pada instalasi gawat darurat. Prosedur ini merupakan salah satu prosedur medis yang sangat krusial sehingga pihak rumah sakit harus sering melakukan evaluasi triase supaya prosedur tersebut bisa terus berjalan sesuai dengan standar.
Jika Anda ingin meningkatkan layanan klinik Anda menjadi lebih optimal, maka gunakanlah layanan eClinic. Aplikasi berbasis web digital yang sudah terintegrasi dengan SATUSEHAT dan PCare BPJS Kesehatan. Dapatkan banyak fitur menarik dan canggih, yang dapat memajukan klinik Anda. Segera hubungi tim kami sekarang untuk merasakan manfaat eClinic!